Udah lama nggak buka facebook saya, ternyata ada kontroversi bumi itu datar atau bulat yaa? Benarkah bumi itu bulat? Saya jadi teringat pengalaman bersama Mas Adang Adha di taksi Siantar-Medan. Kalau ingat kejadian ini pasti senyum-senyum sendiri.
Entah dari mana ujung pangkalnya, tiba tiba seorang ibu di mobil berkata bahwa ia meyakini kalau bumi itu sebenarnya datar. Berlagak ilmuwan, saya pun bernafsu hendak menjelaskan kepadanya bagaimana secara logika bumi itu bulat.
Tapi ibu itu terus saja berargumen, belum sempat saya menjelaskan hingga sampai suatu perkataannya. “Salutnya saya sama para ilmuwan itu, bisa mereka bersekongkol meletakkan negara-negara dalam globe,” katanya.
“Wah.. ngaco ini!” kata saya dalam hati. Dengan iseng saya bertanya,”Kalau bulan, menurut ibu bulat atau tidak?“
Disitulah kami mendapat jawaban yang mengejutkan,”Saya tidak percaya bulan itu ada,” katanya.
Saya semakin penasaran kemudian bertanya, “Lalu yang ibu lihat itu apa?“
“Bulan itu ya sebenarnya Matahari itu sendiri. Kalau siang dia jadi Matahari, kalau malam dia jadi Bulan,” jawabnya.
Sampai disini saya tertawa di dalam hati, sambil sedikit merasa kasihan. Ternyata masih ada yaa di zaman sekarang yang memiliki keyakinan seperti itu.
Saya pun teringat pelajaran tentang belief (keyakinan) saat belajar NLP dulu.
“Kalau kita memiliki sebuah BELIEF, maka semua fakta yang tersedia hanya akan dilihat sesuai BELIEF tersebut.”
– NLP
Belief ini termasuk salah satu komponen yang membuat kita dapat melihat dunia selain yang sudah pernah saya bahas di tulisan Presuposisi NLP: Peta Bukanlah Wilayah Sebenarnya.
Jadi percuma saja saya melayani orang seperti ini berdiskusi/ berdebat. Yang perlu dilakukan adalah merubah beliefnya terlebih dahulu.